Pound Lebanon
لل
Pound Libanon ( lira; bahasa Prancis: livre; tanda: ل.ل., ISO 4217: LBP) adalah mata uang Libanon. Mata uang ini sebelumnya dapat dibagi menjadi 100 piastres (atau qirsh) tetapi inflasi menghilangkan pembagian ini. Sebelum Perang Dunia II, ejaan Arab dari pembagian mata uang ini adalah غرش (girsh). Semua koin dan uang kertas Libanon menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Arab dan Prancis.Sebelum Perang Dunia I, Lira Utsmaniyah digunakan di daerah Lebanon. Pada tahun 1918, setelah jatuhnya Kekaisaran Utsmaniyah, mata uang yang digunakan di daerah ini menjadi Pound Mesir. Setelah mendapatkan kendali di Suriah dan Lebanon, Prancis mengganti Pound Mesir dengan mata uang baru untuk Suriah dan Lebanon yaitu Pound Suriah, yang terkait dengan Franc Prancis pada nilai 1 pound = 20 franc. Lebanon mengeluarkan koin sendiri sejak tahun 1924 dan uang kertas sejak tahun 1925. Pada tahun 1939, mata uang resmi Lebanon dipisahkan dari Suriah, meskipun masih terkait dengan Franc Prancis dan tetap dapat ditukar dengan uang Suriah. Pada tahun 1941, setelah Prancis dikalahkan oleh Jerman Nazi, mata uang ini terkait dengan pound sterling pada tingkat 8.83 Pound Lebanon = 1 pound sterling. Hubungan mata uang ini ke Franc Prancis dipulihkan setelah perang tetapi hanya berangsung singkat setelah ditinggalkan pada 1949.
Sebelum Perang Saudara Lebanon, 1 Dolar Amerika Serikat senilai 3 pound. Selama perang saudara, nilai menurun dengan cepat sampai tahun 1992, ketika satu dolar senilai lebih dari £ 2500. Selanjutnya nilai meningkat lagi, dan sejak bulan Desember 1997, nilai tukar pound berada pada 1507.5 pound per Dolar Amerika Serikat.
Negara
-
Lebanon
Sebelum Perang Saudara Libanon (1975-1990), negara ini menikmati ketenangan dan kemakmuran yang relatif, didorong oleh sektor pariwisata, pertanian, dan perbankan dalam ekonominya serta agama asli penduduk Arab Lebanon ialah agama Kanaan. Libanon dianggap sebagai ibu kota perbankan di dunia Arab dan umumnya dianggap sebagai "Swiss-nya Timur Tengah" Karena kekuatan finansialnya, Libanon juga menarik banyak sekali wisatawan, hingga ibu kotanya, Beirut, dirujuk oleh banyak orang sebagai "Paris-nya Timur Tengah."